Laman

Rabu, 05 Oktober 2011

" WAKATOBI ". Tak Sekedar Terumbu Karang ( Part 1 )

Sebuah peta usang bertuliskan INDONESIA terpampang lusuh di dinding kost saya. Tampak sebuah kepulauan yang telah saya lingkari dengan spidol merah “ wakatobi “ namanya. Sejak lama saya sudah sangat ingin menginjakkan kaki di tempat ini. Namun waktu dan materilah yang menjadi penghambatnya. Namun dari hasil menabung beberapa bulan, akhirnya kali ini saya mencoba nekad berangkat dengan dana yang kurang dari cukup.saya berpikir jika saya menunggu sampai dana cukup mungkin butuh beberapa bulan lagi. Dengan tekad yang bulat saya melangkah menyusuri ketidakpastian ini. Menatap kedepan “ wakatobi ,, wait for me..!.
Saya berangkat dari tempat tinggal saya di samarinda ( KalTim ) tanggal 12 september 2011. Tujuan pertama saya adalah Makassar. Sebuah tiket promo sudah di tangan. Dengan menumpang pesawat lion air saya tiba di bumi para karaeng, Makassar. Di Makassar saya sudah di tunggu oleh anak-anak Makassar backpacker. MB sendiri adalah sebuah komunitas para insan yang hobi jalan – jalan keliling dunia dengan modal yang kecil. Tepat sekali jika saya bergabung bersama mereka. Karena kita senasib & sependirian.

Salah seorang diantara mereka bernama fatih Ibrahim, mahasiswi asal gorontalo ini adalah teman saya di jejaring sosial. Sebelum berangkat saya sempat beberapa kali berkomunikasi dengan dia. Kali ini dia menjemput saya di bandara sultan hasanuddin Makassar. Dari bandara saya diajak mencicipi kuliner khas Makassar, cotto Makassar. Kuliner satu ini sangat mengobati rasa lapar saya yang sudah saya tahan sejak dari samarinda tadi. Rasa rempah2nya yang dominan membuat mulut saya berdecap-decup. Enak sekali.

Merasa sudah cukup kenyang, kami beranjak menuju markas / secret Makassar backpacker. Sebuah rumah yang terletak di jalan tupai no 82 makassar (kalau tidak salah). Dari kejauhan tampak ramai sekali di sana. Menurut fatih, tempat ini selalu ramai jika malam hari. Saya pun di sambut langsung oleh ketua komunitas ini. Pak syamsul namanya. Beliau dengan ramahnya menyapa saya yang baru tiba. Begitu pun anggota yang lain. Semua tampak ramah. Awal yang baik, belum apa2 saya sudah merasa betah di tempat ini. Rencananya saya juga akan menumpang tidur di sini malam ini dan untungnya pemiliknya (om riho amal) membolehkan. Alhamdulillah ya….!
Dari Makassar saya melanjutkan kembali perjalanan saya menuju bau-bau. Tapi kali ini saya di temani oleh fatih & rezha. Mereka berdua adalah anggota komunitas MB. Dan mereka juga ingin melakukan trip ke wakatobi. Lumayan,, setidaknya saya tidak sendiri kali ini. Tepat jam 12 malam kami berangkat ke pelabuhan Makassar. Dari Makassar ke bau-bau, kami menggunakan jasa kapal PELNI. Maklum,,namanya juga ngirit. Namun sudah jam 3 pagi kapal belum juga beranjak dari dermaga. Padahal menurut jadwal jam 1 sudah berangkat. Ternyata budaya ngaret masih saja menghantui negeri ini.
Setelah lama menunggu, jam 7 pagi akhirnya Kapal berangkat ke bau-bau. Delay nya melebihi pesawat terbang. 7 jam delay,, gila ga tuh..!. perjalanan kali ini akan menempuh waktu sekitar 14 jam untuk sampai ke pelabuhan bau-bau. Waktu yang cukup lama. Dari pada bengong, saya mencoba mengambil gambar di beberapa sudut kapal. Saking keasyikan saya tidak menyadari jika saya dari tadi jadi perhatian orang2. Sampai2 seorang lelaki menanyai saya. “ wartawan dari Koran mana mas ?”.. saya terkejut dan hanya bisa menjawab “ bukan dari Koran mana2 pak,, saya cuman turis tersesat yang lagi ngilangin bosen ga ada kerjaan di kapal”.

Jam 21 malam kami tiba di pelabuhan bau-bau. Di pelabuhan ini saya sempat di geledah oleh polisi. Saya ga tahu ada apa. Mungkin karena jenggot saya kali ya.. mungkin mereka menganggap saya antek2nya teroris. Ada2 saja….! Karena tidak ada barang yang mencurigakan, saya di persilahkan melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari tempat saya di geledah, 2 orang teman yang memang asli dari bau-bau telah menanti kami. Mereka adalah aldi & minus. 2 orang mahasiswa yang sempat kami kontak sebelum berangkat. Mereka juga orang2 yang sangat sayang dan peduli akan alam. Ya,,mereka adalah anak2 MAPALA dari universitas dayano ikhsanuddin buton. Dan mereka pula yang mengantar kami ke pelabuhan selanjutnya.
Dari bau-bau untuk sampai ke wakatobi saya dan teman2 harus melanjutkan kembali perjalanan dengan menggunakan kapal motor kayu. Di sini kami sempat hampir ketinggalan kapal. Ternyata jadwal keberangkatan kapal ke tomia ( salah satu pulau di kepulauan wakatobi ) jam 11 malam. Padahal sebelum berangkat saya sempat mencari info di google bahwa kapal menuju tomia dari bau-bau adalah pagi hari. Dan alhamdulillahnya kami masih sempat loncat ke kapal sebelum kapal itu berangkat.hampir saja..
Ini adalah pengalaman pertama saya naik kapal kayu kecil yang hanya berkapasitas 30 orang . dan berlayar di tengah laut yang ombaknya besar. Karena tidak terbiasa saya sempat merasa mual-mual ga jelas. Atau biasa orang bilang “mabok laut “. Saya hanya berharap dan berdo’a semoga kami sampai dengan selamat di tempat tujuan. Namun, di tengah perjalanan mesin kapal tiba2 mati. Sontak saja kapal bergoyang2 seperti akan terbalik. Ternyata salah satu alat di mesin kapal ada yang rusak. Astagaa.. saya hanya bergumam dalam hati, ini ga baik.. sudah kewalahan menahan perut yang mual2 sekarang di tambah lagi dengan menahan rasa takut, takut kalau kapal akan tenggelam di tengah laut lepas. Namun nahkoda mencoba meyakinkan kami bahwa semua akan baik2 saja. Ini hanya kesalahan sedikit pada mesin kapal. Sebentar lagi juga akan baik kembali. Ujar pak nahkoda kepada kami. Dan benar saja, setelah menunggu hampir satu jam kapal pun bergerak kembali.. huufhh… sedikit lega walaupun perut masih belum bisa di ajak kompromi.

WaKaToBI adalah sebuah singkatan dari kata Wangi-wangi, KAledupa, TOmia & BInongko. Itu adalah nama2 pulau yang ada di kepulauan wakatobi. Pulau yang paling pertama atau yang paling dekat dengan bau-bau adalah pulau wangi-wangi, setelah itu pulau kaledupa, tomia dan yang paling jauh adalah binongko. Rencana kami kali ini yaitu start dari pulau tomia lalu menyusur turun sampai ke pulau wangi-wangi terakhir.sebenarnya ingin sekali memulainya dari pulau binongko, tapi karena waktu yang tidak memungkinkan akhirnya saya dan teman2 melewatkan pulau terujung di kepulauan wakatobi tersebut.
Diperjalan salah satu teman saya, fatih sempat berbincang2 dengan salah seorang penumpang kapal. Bapak andi asraf namanya. Dan berkat perbincangan itu kami di tawari untuk menginap di -rumahnya. Tanpa berbasa-basi lagi kami pun menerima ajakan itu. Siapa yang ga mau di tawarin penginapan gratis…hehehe.. Alhamdulillah satu PR sudah selesai. Dan  sekitar jam 11 siang kapal yang kami tumpangi merapat ke pulau tomia. Tapi karena air laut surut, kapal tidak bisa merapat ke dermaga. Kami harus naik perahu kecil untuk sampai di daratan. Ah.. lagi2 perahu kecil.

Berkali-kali saya mengucapkan Alhamdulillah ketika kaki saya sudah menginjak daratan. Masih terngiang di kepala bagaimana dahsyatnya ombak tadi malam. Bahkan efeknya pun masih saya rasakan sampai di darat. Saya berjalan seperti orang mabuk. Alias sempoyongan. Ya.. saya memang mabuk, tepatnya mabuk laut. Hufhh…!. Rumah keluarga baru kami ( keluarga bpk asraf ) tidak terlalu jauh dari dermaga. Hanya berjarak sekitar 100 meter. Tapi karena barang bawaan cukup banyak dan badan ini sudah terasa sangat lelah, akhirnya kami naik ojek sampai ke TKP. Sempat kaget waktu bayar ongkos ojek. Jarak 100 meter harus di bayar dengan uang 5 ribu rupiah.. alamaaakk… kalau tahu begitu mendingan jalan kaki..
Keluarga bapak asraf menyambut kami dengan keramahannya. Baru beberapa menit kami tiba, si ibu sudah mengeluarkan beraneka macam makanan untuk kami. Dan seolah mengerti jika kami sangat kelelahan si ibu membuatkan wedang jahe. Ah.. mantap sekali.. belum cukup sampai di situ, wedang jahe belum saja habis, pak asraf sudah memanggil kami kembali ke belakang rumahnya. Hidangan cakalang bakar sudah menanti kami di sana. Makan lagi…..! kali ini saya mendapat pengalaman pertaman mencicipi yang namanya “ kasuami “. Kasuami adalah makan pokok pengganti nasi bagi masyarakat buton. Terbuat dari singkong yang di rebus dan dicampur dengan parutan kelapa. Rasanya hambar seperti nasi. Sangat cocok jika di padukan dengan cakalang & sambal jeruknya. Maknyos tenan pokoke…!
Sebelum istirahat, saya & teman2 sempat berkenalan dengan keponakan pak asraf. Ningsih namanya. Dia adalah salah satu siswi di SMA negeri 1  tomia. Dan dia lah yang akan mengantar kami berkeliling di tomia. Ningsih juga anak yang pintar, beberapa kali saya sempat berkomunikasi dengan bahas inggris dengannya. Agak heran sebelumnya. Karena di pelosok seperti ini ada orang yang mampu berbahasa inggris dengan fasih. Hehehe…! (ma’af ya ningsih ).
Setelah cukup istirahat, kami memulai perualangan kami di tomia. Setelah berunding sebentar dengan ningsih, akhirnya sore ini kami putuskan untuk melihat penenun tradisional desa ini. Sambil berjalan-jalan menyusuri perkampungan yang masih sangat  asri. Ada sedikit peristiwa yang agak lucu menurut saya ketika kami sedang berjalan2 keliling kampung. Segerombolan anak2 kecil tiba2 menghampiri kita dan dengan beraninya mereka Tanya “ om dari tim jejak petualang ya…???”…. dalam hati hanya bisa berkata “jejak petualang ????? huffhh… jejak gembel kali…”.

Sebenarnya saya sangat ingin sekali berenang dan snorkeling, tak sabar rasanya untuk melihat keindahan bawah laut pulau ini. Sekaligus ingin membuktikan kebenaran dari apa yang selama ini saya lihat di televisi dan majalah2 tentang keindahan terumbu karang wakatobi. Saking tidak sabarnya, sore ini pun saya beberapa kali meminta ningsih untuk mengantar kami ke tempat orang biasa bersnorkling. Tetapi menurut ningsih sore hari bukanlah waktu yang tepat untuk snorkeling. Karena sore adalah saat2  air laut naik atau pasang. Dan agak sedikit berbahaya karena arusnya cukup kuat.tapi saya dan rezha tetap bersikeras untuk berenang & snorkeling. Kami pun berangkat menuju tempat yang di beritahu oleh ningsih, marimabuk namanya. Dan ternyata benar, air laut sudah tinggi, untuk sampai ke spot snorkeling kami harus berenang sejauh kurang lebih 50 meter dari bibir pantai. Di tambah lagi dengan arusnya yang kuat. Tak mau ambil resiko akhirnya kami hanya berenang2 di tepian saja sambil mencoba alat snorkeling yang kami bawa.  Namun kami tidak sia2 pergi ke tempat ini. Karena dari sini kita bisa melihat sunset dengan sempurna. Sedikit rasa kecewa akhirnya terobati dengan keindahan kebesaran tuhan yang ada di hadapan kami. Matahari tampak perlahan menyembunyikan kemegahannya. Cahaya kuning kemerah2an tampak mulai menyelimuti langit. Sampai akhirnya sang surya benar2 hilang di telan lautan luas.dan itu tandanya kami harus kembali ke rumah.

Keesokan harinya kami kembali bersnorkling. Namun kali ini bukan di marimabuk. Tapi di belakang rumah pak asraf. Tempat ini memang bukan spot utama yang sering di datangi oleh wisatawan2. Namun menurut pak asraf tempat ini juga terdapat terumbu2 karang dan ikan yang cantik. Tak ingin menunggu lama, saya dan rezha langsung turun ke laut. Dan benar saja. Terumbu karang di tempat ini lumayan indah. Berbagai jenis biota laut dapat kami temukan di sini. Namun tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa jenis saja. Yaa,, anggap saja ini sebagai pemanasan sebelum ke tempat yang sesungguhnya.
Puas bersnorkling ria, kami kembali ke rumah. Keluarga pak asraf sudah menyiapka hidangan makan siang untuk kami. Menu kali ini adalah “kima”. Sejenis kerang tapi besar. Tidak seperti kerang biasanya. Sebenarnya hewan laut satu ini sudah di jadikan hewan yang dilindungi oleh pemerintah. Karena hewan ini sudah sangat sulit di temukan.tapi karena sudah menjadi hidangan yaa,, mau gimana lagi. Langsung di santap saja. Dan ini kali pertama saya mencoba masakan ini.
Sore harinya kami memutuskan untuk menyewa sepeda motor dari penduduk setempat. Tarifnya 30 ribu perhari. Setelah mengambil motor, kami berangkat menuju puncak kahiangan. Puncak kahiangan adalah puncak tertinggi di pulau tomia. Dari tempat ini kita dapat melihat sekeliling pulau. Bahkan pulau binongko pun dapat kita lihat dari tempat ini. Dan tempat ini juga sering di datangi oleh wisatawan bahkan oleh warga setempat. Tak henti2 nya saya berdecak kagum ketika sampai di puncak kahiangan. Hamparan padang savana membentang sejauh mata memandang. Angin yang berhembus kencang membuat tempat ini sangat asyik untuk menghabiskan waktu sambil menunggu sunset. Semua orang sibuk dengan kameranya masing2 untuk mengabadikan momen ini. Sementara saya masih termenung merasa tak percaya jika saya berada di wakatobi. Tempat yang sejak dulu saya damba2kan. Saya hanya mampu bersyukur dan berterima kasih kepada tuhan yang maha esa karena telah memberikan saya kesempatan untuk menginjakkan kaki saya di kepulauan negeri buton ini.

malam hari kami bergabung dengan tim 2 dari Makassar backpacker yang baru tiba di tomia. Jumlah mereka 2 orang. Noa & anwar. Akhirnya jumlah kami berubah menjadi 5 orang. Sebenarnya kami merasa agak tidak enak dengan keluarga pak asraf. Karena jumlah kami terlalu banyak.tetapi pak asraf justru malah senang karena rumahnya ramai.dan tanpa keberatan sedikitpun beliau membolehkan kami untuk menumpang kembali di rumahnya. Dalam hati saya hanya bisa berdo’a semoga ALLAH membalas kebaikan keluarga ini. Amiiin..!
keesokan harinya kami memutuskan untuk menyewa kapal kecil atau orang wakatobi biasa menyebutnya bodi/ojek laut untuk mengantarkan kami ke marimabuk. Setelah berbincang2 sebentar dengan salah seorang anggota JAGAWANA ( kelompok orang yang melindungi biota2 laut yang ada di wakatobi ) namanya bpk udin.beliau memperkenalkan kami dengan salah seorang warga yang bisa mengantar kami ke sana. Harga awal yang di tawarkan kepada kami adalah 500 ribu. Waaww.. harga yang fantastis. Setelah melakukan penawaran yang cukup  alot, akhirnya kami diberi harga 300 ribu. Di bagi 5 orang jadi 60 ribu perorang. lumayan,,. Mesin kapalpun di nyalakan. Berangkaatt…..!

begitu sampai di marimabuk saya hanya bisa tertawa. Ternyata tempat ini tidak terlalu jauh dari rumah pak asraf. Cukup berjalan kaki sekitar 200 meter saja. Astagaa… tahu dekat begini amit2 dah ngeluarin budget yang segitu besar. Hufhh…! Tanpa menunggu aba2 saya dan teman langsung menceburkan diri. Dan ternyata apa yang selama ini saya lihat di TV2 & majalah2 adalah benar. Keindahan karang2 dan biota2 laut sangat memanjakan mata saya.” Dahsyat meen..!” kata itu berkali2 saya ucapkan ketika berada di bawah. Sesekali saya berenang di kawanan ikan2 yang saya sendiri tidak tahu namanya. Semuanya masih virgin. Belum ada kerusakan secuilpun. Merasa puas di tempat ini, kami naik kembali ke perahu. Sang nahkoda membawa kami ke spot selanjutnya. Tempatnya juga tidak jauh dari marimabuk. Hanya berjarak sekitar 20 – 30 meter dari marimabuk. Namanya honduwe. Dan lagi2 tempat ini juga membuat saya tak henti2nya berdecak kagum. Tempat yang satu ini jauh lebih bagus dari pada marimabuk. Di sini biota lautnya lebih beragam dan terumbu karangnya rapat2. Sepanjang kurang lebih 50 meter kita dapat menyaksikan keindahan syurga bawah lautnya negeri ini. Mata ini di buat berbinar2. Bahkan ikan badut atau bahasa kerennya clown fish sangat mudah di temukan di tempat ini. Beberapa kali saya menemukan kawanan ikan ini. Sungguh momen yang sulit untuk saya temui. sayang momen ini tidak dapat saya abadikan. karena saya dan teman2 tidak membawa kamera underwater. teapi Saya tetap merasa beruntung menjadi salah seorang dari sekian banyak orang yang sudah menyaksikan syurga ini.

3 jam bersnorkling sebenarnya belum terasa puas. Namun karena matahari yang sangat panas dan membakar kulit, saya dan teman2 memutuskan untuk menyudahi pertualangan bawah laut kami kali ini.jangkarpun di angkat.kapal kembali ke dermaga.
Karena teman2 dari tim 2 belum sempat ke puncak kahiangan, sore ini terpaksa kami kembali lagi ke tempat itu. Namun sebelum ke sana kami menyempatkan diri untuk mampir sejenak ke tanjung paepe & pantai hu’untete. Kedua tempat ini termasuk tempat wisata andalan pulau ini. Yang pertama adalah  tanjung paepe. Tempat yang satu ini tak kalah eksotis dari tanjung yang ada di belahan bumi lainnya. Sebuah padang savanna membentang luas di pinggir tanjungnya. Di depan tanjung juga terhampar sebuah pulau yang bernama pulau tolandona atau biasa juga di sebut pulau onemoba’a. Di pulau inilah terdapat sebuah resort yang saya rasa sedikit agak kontroversial. Karena orang2 lokal dilarang memasuki tempat ini. Hanya mereka yang berstatus karyawannya saja yang bisa masuk. Dan kamipun termasuk orang2 yang tidak dapat memasuki tempat ini.jangankan masuk, mengambil gambar saja tidak boleh. Resort ini adalah resort yang di kelola oleh orang luar ( bule ). Ownernya berasal dari swiss. Hanya turis2 mancanegara saja yang dapat masuk ke tempat ini. Sungguh ironis. Sudah 66 tahun negeri ini merdeka tapi kita masih belum bebas untuk berkeliaran di tanah sendiri. Siapa yang harus di salahkan ??.. saya rasa anda semua tahu siapa yang harus bertanggung jawab dari hal ini.

Dari tanjung paepe pertualangan kami lanjutkan ke pantai hu’untete. Jalan menuju ke tempat ini sangat jauh dan sedikit ekstrim. Saya & reza malah sempat jatuh dari sepeda motor ketika menuju tempat ini. Untungnya saya tidak apa-apa. Pantai ini berada di ujung utara pulau tomia. Jalanan berbatu lebih dominan ketika menuju tempat ini. Dan begitu sampai, yang kami lihat hanya pantai berpasir putih yang penuh dengan sampah. Hufhh.. sedikit agak kecewa. Tapi kami tetap menyempatkan untuk bernarsis ria di tempat ini. Lumayan,, untuk menambah koleksi foto. Hehehee..

Tak ingin ketinggalan sunset di puncak kahiangan, akhirnya kami beranjak dari pantai hu’untete. Kali ini rute yang kami lalui tidak sama dengan rute yang kami lalui kemarin. Hanya menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kami tiba di puncak kahiangan. Karena sudah mendapatkan beberapa gambar di sini kemarin, saya agak mengurangi aksi narsis saya kali ini. Saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan menikmati tempat ini untuk kedua kalinya. Sesekali saya berjalan menyusuri padang savana yang membentang luas. Saya agak merasa heran dengan tempat ini. Di tempat ketinggian seperti ini saya menemukan banyak sekali batu karang yang menyerumbul keluar dari dalam tanah. Malah di tempat ini terlihat bukan seperti tanah berkarang, tapi karang bertanah. Mungkin dulunya tempat ini adalah sebuah bongkahan karang. Seiring berjalannya waktu pasir2 laut datang dan membentuk sebuah pulau. (hanya perkiraan saja ). Kalo kenyataannya sih wallahualam.

Keesokan harinya kami harus segera hengkang dari tomia. Sedih rasanya meninggalkan kenangan2 indah di tempat ini. Apalagi dengan penduduknya yang ramah. Terutama keluarga pak  asraf. Kebaikan beliau sekaluarga tidak akan pernah saya lupakan. Di balik kesederhanaan mereka terdapat kekayaan hati yang menaungi diri mereka. Ucapan terima kasih seakan tidak pernah dan tidak akan pernah cukup untuk membalas budi mereka. Tapi mereka ikhlas membantu kami. Semoga Allah membalas budi baik keluarga ini.amiin. dengan berat hati saya berjalan meninggalkan rumah yang telah mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan ini. Selamat tinggal semua.. semoga kita dipertemukan kembali di lain kesempatan.amin.

Selasa, 04 Oktober 2011

" WAKATOBI " Tak Sekedar Terumbu Karang ( Part 2 )

Dermaga pulau tomia pagi ini tampak mulai ramai. Jadwal keberangkatan kapal dari tomia menuju ke kaledupa & wangi-wangi selalu di pagi hari. sekitar jam 9 – 10. Namun lagi2 karena air laut yang surut, kapal motor kayu “ dito wakatobi “ yang akan kami tumpangi tidak dapat merapat ke dermaga. Dan kami harus memakai kapal yang berukuran lebih kecil untuk sampai di kapal utama yang menunggu di sekitar 50 meter dari bibir pantai. Ongkos kapal kecil 10 ribu rupiah. Sedangkan ongkos kapal ke wangi – wangi 80 ribu rupiah. Sebelum berangkat kami menyempatkan diri untuk berfoto2 terlebih dahulu di sekitar dermaga.
                           narsis di dermaga bersama anak2 Makassar Backpackers

Perjalanan dilanjutkan kembali ke pulau wangi-wangi. Pulau pertama di kepulauan wakatobi. Sebenarnya saya dan teman2 ingin sekali singgah terlebih dahulu di pulau kaledupa. Tapi karena waktu yang tidak memungkinkan, akhirnyanya kami harus melewatkan pulau ini. Padahal pulau ini juga menyimpan banyak tempat2 yang mempesona. Terutama alam bawah lautnya.bahkan salah satu pulau kecil yg berada tak jauh dari kaledupa di kabarkan adalah salah satu spot snorkeling & diving terbaik yang ada di wakatobi. Pulau itu bernama pulau hoga.
Setelah berlayar melawan ombak selama 6 jam, sekitar jam 3 sore saya dan teman2 tiba di pelabuhan wanci. Wanci sendiri adalah ibukota kabupaten Wakatobi. Di pulau ini sangat berbeda dengan pulau tomia. Penduduk di pulau ini jauh lebih ramai di bandingkan di pulau tomia. Di pulau ini sudah banyak kendaraan beroda 4. Angkutan2 umum juga sudah banyak. Jadi kita dapat berkeliling pulau dengan menggunakan jasa angkutan umum. Di kota wanci saya dan teman2 bertemu dengan salah seorang teman dari jejaring sosial. Namanya Seto. Pria asli wakatobi ini berprofesi sebagai wiraswasta di kota ini. Sesekali dia juga suka menemani turis yang ingin menyelam (diving). Setelah bertemu, dia mengantarkan kami ke sebuah hotel di dekat tokonya. Wakatobi hotel. Ya.. itu nama yang tertulis di papan nama di pintu gerbang hotel ini. Tarif menginap di hotel ini berkisar dari harga 165 ribu – 250 ribu permalam. Untuk mengirit pengeluaran, kami mengambil kamar yang 165 ribu permalam. Kamar berukuran 4 x 5 ini harus kami isi dengan 5 orang. Ketika chek in salah satu petugas resepsionis sempat terperangah melihat kami yang berjumlah 5 orang hanya memesan 1 kamar yang berukuran kecil. Tapi masa  bodo. Saya dan teman2 tak memperdulikannya. Yang penting bisa untuk sekedar merebahkan badan.hahahaha.
Setelah beristihat sejenak, saya dan teman2 memulai pertualangan kami kali ini di pulau wangi-wangi. Namun, sebelum itu kami menyempatkan diri untuk bertemu dengan salah satu teman lagi yang memang berdomisili di sini. Pria ini bernama Nova. Dan ternyata rumahnya pun tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Ketika bertemu, nova sempat kaget mengetahui kami telah memesan kamar di hotel. Padahal dia sudah menyiapkan rumahnya untuk kami tempati. Akh.. bukan rezeki. Akhirnya kami harus merelakan tumpangan gratis itu.  Tetapi kami masih dapat tawaran makan gratis di rumahnya. Rezeki kali ini tidak dapat kami tolak. Lumayan,, mengurangi sedikit pengeluaran.
makan gratis with nova's family

Menu makan malam kali ini lagi2 tak jauh2 dari seafood. Ikan pogo-pogo & ikan baronang bakar menjadi menu utama. Kami menyantap hidangan makan malam dengan di temani oleh keluarga nova. Keluarga nya juga tak kalah ramahnya dengan keluarga pak asraf sewaktu kami di tomia kemarin. Mereka sangat welcome dengan kehadiran kami di sini. Lagi2 saya hanya bisa bersyukur kepada ALLAH atas karunia dan kemudahan yang di limpahkanNYA kepada kami. Alhamdulillah yaa.. sesuatu sekali….!
Kami sangat beruntung kali ini. Karena di dekat tempat kami menginap sedang diadakan ritual adat pingitan. Ritual ini adal ritual rutin yang di lakukan oleh masyarakat wakatobi ketika salah satu dari putri mereka beranjak dewasa ( akhil baligh ). Di mulai dengan melumuri badan si anak dengan air kunyit yang di campur dengan beras yang direndam dan kemudian di tumbuk sampai halus. Setelah itu si anak harus di kurung di kamarnya selama 8 hari 8 malam. Cara tidurnya pun tidak boleh sembarangan. 4 hari pertama mereka harus tidur menghadap ke timur lalu 4 hari berikutnya menghadap ke barat. Kami mendapatkan kehormatan dengan di perbolehkan untuk melihat kamar sang anak. Ternyata tidak hanya 1 anak wanita saja yang di pingit di sini. Ada 8 orang anak. Dan ternyata semuanya masih terikat saudara satu sama lain. Adat pingitan  ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka dahulu. Konon jika ada anak wanita dari mereka yang tidak dipingit, maka dia tidak di perbolehkan untuk menikah. Jadi syarat untuk menikah bagi wanita2 di sini bukannya hanya sekedar cukup umur dan restu orangtua saja.tetapi pingitan juga menjadi salah satu syarat mutlak untuk melakukan pernikahan. Hmm… budaya yang sangat unik.
para gadis yang lagi dipingit

Puncak dari ritual adat ini adalah mengarak si anak keliling kampung dengan menggunakan tandu yang di pikul oleh para pria.dan di iringi dengan tarian2 dan music tradisional adat wakatobi. Namun sayangnya kami tidak dapat meenyaksikan puncak dari ritual itu. Lagi2 karena waktu yang tidak memungkinkan.
Puas dengan melihat ritual adat di wanci, kamipun kembali ke penginapan untuk beristirahat. Jangan di bayangkan bagaimana sengsaranya kami beristirahat. Kamar yang kecil harus kami isi dengan jumlah kami yang melebihi kapasitas. namun walaupun berdesak2an, kebersamaan tetaplah hal yang indah. Terbukti kami tetap merasa nyaman dan tidur nyenyak ( hanya ada beberapa yang tidak nyaman, karena harus bergulat dengan suara dengkuran teman yang lain). Hahahaha.. mamat nah..!
Cahaya sang surya di pagi hari yang indah membangunkan kami dari pejaman mata. Rencana hari ini adalah bersnorkling, berkunjung ke air goa kontamale & benteng liya. Setelah selesai mandi, saya, noa, reza & nova berangkat ke spot snorkeling di wanci. Di wanci sendiri ada 2  spot yang sering di kunjungi wisatawan. Yang satu berada di kormeb dan satu lagi di sombu. Karena sombu  adalah tempat yang di pakai saat upacara bendera di bawah laut lalu, akhirnya kami memutuskan untuk snorkeling disana. Dari kota wanci saya dan teman2 menggunakan jasa angkot atau pete pete  untuk sampai di sombu. Jaraknya sekitar 6-7 km. cukup dengan membayar ongkos 3000 per orang.sedikit saran buat yang lain jika ingin ke sombu menggunakan angkot, usahakan untuk meminta di jemput kembali dengan supirnya. Karena jika menunggu angkot yang lewat di sini jarang.
ritual sebelum snorkling. ( narsis doeloe )

Snorklingpun di mulai. Tanpa menunggu aba2 lagi, kami langsung turun ke laut. Di sombu ini terdapat sebuah jembatan dermaga yang langsung menuju ke spot karang. Jadi, begitu turun ke bawah kita sudah dapat langsung menikmati keindahan karang2nya. Terumbu karang dan biota2 laut lainnya yang menunggui tempat ini cukup bagus. Tapi jika di bandingkan dengan  terumbu karang yang berada di pulau tomia masih belum apa2nya. Di tempat ini banyak terumbu2 karang yang rusak, mungkin akibat orang2 yang tidak bertanggung jawab. Nelayan2 yang melempar jangkar kapalnya sembarangan. Sayang sekali. Mungkin dahulunya terumbu karang di tempat ini tak kalah indahnya dengan yang ada di tomia. Namun saya melihat banyak terumbu2 karang yang baru tumbuh. Jika masyarakat setempat bisa menjaganya, saya yakin beberapa tahun lagi tempat ini akan menjadi salah satu syurga bawah laut yang terbaik di negeri ini.
Ketika sedang asyik bersnorkling, serombongan turis asing juga datang ke tempat ini. Ternyata mereka juga ingin melihat keindahan bawah laut di sini. Karena tak terbiasa melihat orang asing, saya dan teman2 memberanikan diri untuk menyapa dan berbincang2 dengan turis2 itu. Bahkan saya sempat berfoto bersama dengan mereka. Hahaha.. maklum,,  saya orang desa. Hehehehe.
wong - wong katrox.. hahahaha

Puas dengan para ikan2 di bawah, saya dan teman2 menyudahi snorkeling kali ini. Kami melanjutkan perjalanan menuju air goa kontamale. Di pulau wangi2 terdapat banyak sekali air goa yang di jadikan pemandian umum oleh warga setempat. Goa ini terbentuk sudah sejak lama. Sayangnya saya kurang tahu bagaimana goa ini terbentuk. Salah satu dari goa itu adalah kontamale. Terletak di pertengahan antara wanci dan sombu. Jika kita menggunakan angkot dari wanci, cukup membayar 3000 ribu rupiah. Jika menggunakan ojek motor agak sedikit mahal, 5000 rupiah. Letak goa ini sekitar 100 meter masuk ke dalam dari jalan raya. Cukup berjalan kaki saja untuk sampai di sana. Hitung2 sambil olahraga sedikit.
air goa kontamale

Begitu sampai di muka goa, saya dan teman2 tampak takjub. Tempat ini sungguh cantik sekali. Airnya yang bening membuat diri ini tak sabar untuk menceburkan diri ke bawah. Dari atas air kita dapat melihat dasar tanahnya. Awalnya saya kira tidak dalam. Tetapi begitu masuk, waaw… dalam sekali..! jadi,, buat kalian yang tidak bisa berenang jangan coba2 ya.. hehehe. Tapi jangan khawatir. Di samping goa utama terdapat sebuah pemandian yang tidak dalam, biasanya di pakai untuk anak2 atau untuk orang dewasa yang tidak bisa berenang.  Kembali ke cerita, di tempat ini ada sebuah legenda. Menurut warga yang ada di sini, tempat ini ada penunggunya. Salah seorang wanita bercerita bahwa setiap hari jum’at sang penunggu selalu menampakkan wujudnya. Sosok penunggu tersebut adalah seekor gurita. Banyak warga yang pernah menyaksikannya. Sayang, kami tidak mempunyai kesempatan untuk membuktikan hal tersebut.
Selesai membersihkan diri di tempat ini, kami kembali ke penginapan. Sebenarnya saya masih ingin berlama2 di goa ini. Tapi sayang , kami harus segera check out dari hotel jika tidak ingin kena tambahan biaya sewa. Terpaksa saya merelakan kesempatan untuk berlama2 di sini.  Lagi pula perut juga sudah mulai meronta2 minta diisi. Akhirnya kami semua meninggalkan goa eksotis tersebut.
Setelah menyelesaikan administrasi  hotel. Saya dan teman2 menuju rumah makan pelangi yang berada di dekat hotel tempat kami menginap tadi. Rumah makan ini pernah disebutkan oleh sebuah majalah travelling sebagai tempat makan yang murah di pulau wangi2. Karena itu saya memilih makan siang di tempat ini. Ketika selesai makan, saya benar2 kaget ketika mendengar harga yang di sebutkan oleh pelayan. Nasi+ hati ayam di hargai 25ribu. Di tambah segelas es teh manis seharga 5 ribu. Total harga yang harus saya bayar adalah 30 ribu rupiah. Saya hanya bisa berkata dalam hati, “ itu majalah tahun kapan ya ??? “ hmm…!
Dengan hati yang masih menggerutu karena merasa kecolongan di rumah makan tadi, saya kembali melanjutkan pertualangan ke benteng liya. salah satu benteng peninggalan kerajaan buton yang ada di pulau wangi2. Jarak dari pasar central wanci ke benteng liya sekitar 15 KM. kami mencharter sebuah angkot untuk membawa kami ke benteng tua itu. Cukup membayar 50 ribu rupiah kami akan diantar pulang- pergi. Itu sudah harga yang paling murah. Jika menggunakan taksi atau sewa mobil hotel biasanya harga berkisar sekitar 150-200 ribu.
gerbang utama benteng liya

Benteng liya adalah salah satu benteng sektor dari kerajaan buton. Benteng ini di buat pada abad ke- 16. Saat ini benteng liya sudah beberapa kali di renovasi. Jadi ada beberapa tempat yang memang sudah tidak orisinil lagi. Di dalam benteng ini terdapat sebuah masjid yang sudah berumur ratusan tahun. Di depan masjid juga terdapat makam beberapa sultan buton. Benteng ini di huni oleh beberapa keluarga keturunan kerajaan. Dan mereka pula lah yang memelihara tempat ini sampai sekarang. Sejenak kami mencoba untuk merenung kembali ke beberapa abad silam dan membayangkan bagaimana kokohnya pertahanan kerajaan buton dari serangan2 V.O.C. meriam2 tua masih tampak kuat di beberapa menara pengawas. Membuktikan bahwa kerajaan buton bukanlah kerajaan biasa. Bahkan salah satu benteng peninggalannya sudah di nobatkan menjadi benteng terbesar yang ada di dunia (benteng wolio yang terdapat di pulau Bau-Bau).
masjid tua di benteng liya
kalo zaman dulu ada prajurit kaya gini pasti jadi prajurit terkeren.. hahahhaa

Dari benteng liya, kami kembali ke wanci. Tetapi, sebelum itu saya dan teman2 menyempatkan diri berkunjung ke perkampungan suku Bajo. Suku bajo adalah salah satu suku yang menetapi kepulauan wakatobi. Mereka umumnya tinggal di pesisir pantai / laut. Suku bajo terkenal dengan kehebatan mereka dalam mengarungi lautan. Merekapun mungkin tidak bisa hidup tanpa lautan. Kampung suku bajo berada di dekat pelabuhan wanci. Rumah2 mereka adalah rumah2 apung. Yaitu rumah yang berada di atas permukaan laut. Di kampung bajo ini kami di perlakukan seperti selebritis. Kemana kami berjalan di situ semua mata orang2 tertuju. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menyapa kami dengan sapaan “hai,, halo,, artis dari Jakarta ya ??”.. artis ???.. oh my god.. tidur aja numpang2. Dari mana artisnya.. hahahaa.. ada2 saja. Tapi seru juga sih. Hehehehe.
gerbang belum jadi

Tak afdol rasanya jika tidak bernarsis ria di tempat yang unik ini. Saya langsung mengabadikan beberapa momen. Wanita2 & anak2 suku bajo, alat transportasi suku bajo dan beberapa kumpulan orang2 bajo yang sedang berpesta makan ikan tuna juga sempat saya abadikan.  Sayangnya kali ini sedang tidak ada upacara atau ritual2 adat di sini. Padahal dulu saya sempat menyaksikan salah satu upacara adat suku bajo di televisi. Upacaranya unik sekali. Hmm…!
pemukiman suku bajo

Tak terasa hari sudah hampir maghrib. Saya dan teman2 terpaksa harus menyudahi kunjungan kami kali ini. Dengan di iringi anak2 kecil yang terus mengikuti di belakang, kami beranjak menuju pelabuhan. Yaa.. malam ini saya dan teman2 harus pulang. Berakhir sudah pertualangan saya kali ini di kepulauan wakatobi. Kepulauan yang menjadi primadona negeri ini. Kepulauan yang tidak semua Negara memilikinya. Keindahan alam & kultur budayanya menjadi satu paket yang akan kita dapat jika kita mengunjunginya. Beberapa kali saya mengucapkan syukur yang tak terhingga kepada sang Khalik. Karena saya masih diberikan kesempatan yang langka. Kesempatan yang tidak semua orang mendapatkannya. Terima kasih tak terhingga juga saya ucapkan kepada teman seperjalanan. Fatih Ibrahim, reza idhil, chairil anwar & anwar nopiar yang telah menemani saya selama pertualangan kali ini. Baik buruk, senang dan sengsara kita rasakan bersama. Itu semua menjadikan sebuah cerita hidup yang tidak akan pernah saya lupakan. Terima kasih sebesara2nya juga buat keluarga bapak asraf di pulau tomia. Keramahan kalian membuat saya betah berada di sana. Saya tidak pernah tahu bagaimana caranya membalas budi baik kalian. Hanya mampu berdo’a semoga tuhan membalas kebaikan bapak sekeluarga. Untuk nova di wanci juga terima kasih banyak atas keramah tamahannya. Ikan bakar itu akan selalu menghantui pikiran saya ketika saya mendengar kata “wakatobi”.. thanks bro..!.
Spesial thanks juga saya ucapkan buat keluarga besar Makassar backpacker. Tanpa dukungan kalian semua mungkin trip kali ini tdak akan berjalan sesuai rencana. Terima kasih atas bantuan baik  itu bantuan materi bahkan bantuan moril. Semoga dilain waktu kita bisa bertemu kembali. Amin..!
Terima kasih juga buat teman2 sesama backpacer di samarinda atas supportnya. Mari bersama2 kita jelajahi dunia ini. Membuktikan kebesaran2 tuhan yang ada di belahan bumi lainnya. Akhir kata mohon ma’af bila ada salah2 kata. Kekhilafan adalah milik manusia dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT.  Wassalam.

                                                                                                            Deni Muliawan.