Laman

Rabu, 05 Oktober 2011

" WAKATOBI ". Tak Sekedar Terumbu Karang ( Part 1 )

Sebuah peta usang bertuliskan INDONESIA terpampang lusuh di dinding kost saya. Tampak sebuah kepulauan yang telah saya lingkari dengan spidol merah “ wakatobi “ namanya. Sejak lama saya sudah sangat ingin menginjakkan kaki di tempat ini. Namun waktu dan materilah yang menjadi penghambatnya. Namun dari hasil menabung beberapa bulan, akhirnya kali ini saya mencoba nekad berangkat dengan dana yang kurang dari cukup.saya berpikir jika saya menunggu sampai dana cukup mungkin butuh beberapa bulan lagi. Dengan tekad yang bulat saya melangkah menyusuri ketidakpastian ini. Menatap kedepan “ wakatobi ,, wait for me..!.
Saya berangkat dari tempat tinggal saya di samarinda ( KalTim ) tanggal 12 september 2011. Tujuan pertama saya adalah Makassar. Sebuah tiket promo sudah di tangan. Dengan menumpang pesawat lion air saya tiba di bumi para karaeng, Makassar. Di Makassar saya sudah di tunggu oleh anak-anak Makassar backpacker. MB sendiri adalah sebuah komunitas para insan yang hobi jalan – jalan keliling dunia dengan modal yang kecil. Tepat sekali jika saya bergabung bersama mereka. Karena kita senasib & sependirian.

Salah seorang diantara mereka bernama fatih Ibrahim, mahasiswi asal gorontalo ini adalah teman saya di jejaring sosial. Sebelum berangkat saya sempat beberapa kali berkomunikasi dengan dia. Kali ini dia menjemput saya di bandara sultan hasanuddin Makassar. Dari bandara saya diajak mencicipi kuliner khas Makassar, cotto Makassar. Kuliner satu ini sangat mengobati rasa lapar saya yang sudah saya tahan sejak dari samarinda tadi. Rasa rempah2nya yang dominan membuat mulut saya berdecap-decup. Enak sekali.

Merasa sudah cukup kenyang, kami beranjak menuju markas / secret Makassar backpacker. Sebuah rumah yang terletak di jalan tupai no 82 makassar (kalau tidak salah). Dari kejauhan tampak ramai sekali di sana. Menurut fatih, tempat ini selalu ramai jika malam hari. Saya pun di sambut langsung oleh ketua komunitas ini. Pak syamsul namanya. Beliau dengan ramahnya menyapa saya yang baru tiba. Begitu pun anggota yang lain. Semua tampak ramah. Awal yang baik, belum apa2 saya sudah merasa betah di tempat ini. Rencananya saya juga akan menumpang tidur di sini malam ini dan untungnya pemiliknya (om riho amal) membolehkan. Alhamdulillah ya….!
Dari Makassar saya melanjutkan kembali perjalanan saya menuju bau-bau. Tapi kali ini saya di temani oleh fatih & rezha. Mereka berdua adalah anggota komunitas MB. Dan mereka juga ingin melakukan trip ke wakatobi. Lumayan,, setidaknya saya tidak sendiri kali ini. Tepat jam 12 malam kami berangkat ke pelabuhan Makassar. Dari Makassar ke bau-bau, kami menggunakan jasa kapal PELNI. Maklum,,namanya juga ngirit. Namun sudah jam 3 pagi kapal belum juga beranjak dari dermaga. Padahal menurut jadwal jam 1 sudah berangkat. Ternyata budaya ngaret masih saja menghantui negeri ini.
Setelah lama menunggu, jam 7 pagi akhirnya Kapal berangkat ke bau-bau. Delay nya melebihi pesawat terbang. 7 jam delay,, gila ga tuh..!. perjalanan kali ini akan menempuh waktu sekitar 14 jam untuk sampai ke pelabuhan bau-bau. Waktu yang cukup lama. Dari pada bengong, saya mencoba mengambil gambar di beberapa sudut kapal. Saking keasyikan saya tidak menyadari jika saya dari tadi jadi perhatian orang2. Sampai2 seorang lelaki menanyai saya. “ wartawan dari Koran mana mas ?”.. saya terkejut dan hanya bisa menjawab “ bukan dari Koran mana2 pak,, saya cuman turis tersesat yang lagi ngilangin bosen ga ada kerjaan di kapal”.

Jam 21 malam kami tiba di pelabuhan bau-bau. Di pelabuhan ini saya sempat di geledah oleh polisi. Saya ga tahu ada apa. Mungkin karena jenggot saya kali ya.. mungkin mereka menganggap saya antek2nya teroris. Ada2 saja….! Karena tidak ada barang yang mencurigakan, saya di persilahkan melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari tempat saya di geledah, 2 orang teman yang memang asli dari bau-bau telah menanti kami. Mereka adalah aldi & minus. 2 orang mahasiswa yang sempat kami kontak sebelum berangkat. Mereka juga orang2 yang sangat sayang dan peduli akan alam. Ya,,mereka adalah anak2 MAPALA dari universitas dayano ikhsanuddin buton. Dan mereka pula yang mengantar kami ke pelabuhan selanjutnya.
Dari bau-bau untuk sampai ke wakatobi saya dan teman2 harus melanjutkan kembali perjalanan dengan menggunakan kapal motor kayu. Di sini kami sempat hampir ketinggalan kapal. Ternyata jadwal keberangkatan kapal ke tomia ( salah satu pulau di kepulauan wakatobi ) jam 11 malam. Padahal sebelum berangkat saya sempat mencari info di google bahwa kapal menuju tomia dari bau-bau adalah pagi hari. Dan alhamdulillahnya kami masih sempat loncat ke kapal sebelum kapal itu berangkat.hampir saja..
Ini adalah pengalaman pertama saya naik kapal kayu kecil yang hanya berkapasitas 30 orang . dan berlayar di tengah laut yang ombaknya besar. Karena tidak terbiasa saya sempat merasa mual-mual ga jelas. Atau biasa orang bilang “mabok laut “. Saya hanya berharap dan berdo’a semoga kami sampai dengan selamat di tempat tujuan. Namun, di tengah perjalanan mesin kapal tiba2 mati. Sontak saja kapal bergoyang2 seperti akan terbalik. Ternyata salah satu alat di mesin kapal ada yang rusak. Astagaa.. saya hanya bergumam dalam hati, ini ga baik.. sudah kewalahan menahan perut yang mual2 sekarang di tambah lagi dengan menahan rasa takut, takut kalau kapal akan tenggelam di tengah laut lepas. Namun nahkoda mencoba meyakinkan kami bahwa semua akan baik2 saja. Ini hanya kesalahan sedikit pada mesin kapal. Sebentar lagi juga akan baik kembali. Ujar pak nahkoda kepada kami. Dan benar saja, setelah menunggu hampir satu jam kapal pun bergerak kembali.. huufhh… sedikit lega walaupun perut masih belum bisa di ajak kompromi.

WaKaToBI adalah sebuah singkatan dari kata Wangi-wangi, KAledupa, TOmia & BInongko. Itu adalah nama2 pulau yang ada di kepulauan wakatobi. Pulau yang paling pertama atau yang paling dekat dengan bau-bau adalah pulau wangi-wangi, setelah itu pulau kaledupa, tomia dan yang paling jauh adalah binongko. Rencana kami kali ini yaitu start dari pulau tomia lalu menyusur turun sampai ke pulau wangi-wangi terakhir.sebenarnya ingin sekali memulainya dari pulau binongko, tapi karena waktu yang tidak memungkinkan akhirnya saya dan teman2 melewatkan pulau terujung di kepulauan wakatobi tersebut.
Diperjalan salah satu teman saya, fatih sempat berbincang2 dengan salah seorang penumpang kapal. Bapak andi asraf namanya. Dan berkat perbincangan itu kami di tawari untuk menginap di -rumahnya. Tanpa berbasa-basi lagi kami pun menerima ajakan itu. Siapa yang ga mau di tawarin penginapan gratis…hehehe.. Alhamdulillah satu PR sudah selesai. Dan  sekitar jam 11 siang kapal yang kami tumpangi merapat ke pulau tomia. Tapi karena air laut surut, kapal tidak bisa merapat ke dermaga. Kami harus naik perahu kecil untuk sampai di daratan. Ah.. lagi2 perahu kecil.

Berkali-kali saya mengucapkan Alhamdulillah ketika kaki saya sudah menginjak daratan. Masih terngiang di kepala bagaimana dahsyatnya ombak tadi malam. Bahkan efeknya pun masih saya rasakan sampai di darat. Saya berjalan seperti orang mabuk. Alias sempoyongan. Ya.. saya memang mabuk, tepatnya mabuk laut. Hufhh…!. Rumah keluarga baru kami ( keluarga bpk asraf ) tidak terlalu jauh dari dermaga. Hanya berjarak sekitar 100 meter. Tapi karena barang bawaan cukup banyak dan badan ini sudah terasa sangat lelah, akhirnya kami naik ojek sampai ke TKP. Sempat kaget waktu bayar ongkos ojek. Jarak 100 meter harus di bayar dengan uang 5 ribu rupiah.. alamaaakk… kalau tahu begitu mendingan jalan kaki..
Keluarga bapak asraf menyambut kami dengan keramahannya. Baru beberapa menit kami tiba, si ibu sudah mengeluarkan beraneka macam makanan untuk kami. Dan seolah mengerti jika kami sangat kelelahan si ibu membuatkan wedang jahe. Ah.. mantap sekali.. belum cukup sampai di situ, wedang jahe belum saja habis, pak asraf sudah memanggil kami kembali ke belakang rumahnya. Hidangan cakalang bakar sudah menanti kami di sana. Makan lagi…..! kali ini saya mendapat pengalaman pertaman mencicipi yang namanya “ kasuami “. Kasuami adalah makan pokok pengganti nasi bagi masyarakat buton. Terbuat dari singkong yang di rebus dan dicampur dengan parutan kelapa. Rasanya hambar seperti nasi. Sangat cocok jika di padukan dengan cakalang & sambal jeruknya. Maknyos tenan pokoke…!
Sebelum istirahat, saya & teman2 sempat berkenalan dengan keponakan pak asraf. Ningsih namanya. Dia adalah salah satu siswi di SMA negeri 1  tomia. Dan dia lah yang akan mengantar kami berkeliling di tomia. Ningsih juga anak yang pintar, beberapa kali saya sempat berkomunikasi dengan bahas inggris dengannya. Agak heran sebelumnya. Karena di pelosok seperti ini ada orang yang mampu berbahasa inggris dengan fasih. Hehehe…! (ma’af ya ningsih ).
Setelah cukup istirahat, kami memulai perualangan kami di tomia. Setelah berunding sebentar dengan ningsih, akhirnya sore ini kami putuskan untuk melihat penenun tradisional desa ini. Sambil berjalan-jalan menyusuri perkampungan yang masih sangat  asri. Ada sedikit peristiwa yang agak lucu menurut saya ketika kami sedang berjalan2 keliling kampung. Segerombolan anak2 kecil tiba2 menghampiri kita dan dengan beraninya mereka Tanya “ om dari tim jejak petualang ya…???”…. dalam hati hanya bisa berkata “jejak petualang ????? huffhh… jejak gembel kali…”.

Sebenarnya saya sangat ingin sekali berenang dan snorkeling, tak sabar rasanya untuk melihat keindahan bawah laut pulau ini. Sekaligus ingin membuktikan kebenaran dari apa yang selama ini saya lihat di televisi dan majalah2 tentang keindahan terumbu karang wakatobi. Saking tidak sabarnya, sore ini pun saya beberapa kali meminta ningsih untuk mengantar kami ke tempat orang biasa bersnorkling. Tetapi menurut ningsih sore hari bukanlah waktu yang tepat untuk snorkeling. Karena sore adalah saat2  air laut naik atau pasang. Dan agak sedikit berbahaya karena arusnya cukup kuat.tapi saya dan rezha tetap bersikeras untuk berenang & snorkeling. Kami pun berangkat menuju tempat yang di beritahu oleh ningsih, marimabuk namanya. Dan ternyata benar, air laut sudah tinggi, untuk sampai ke spot snorkeling kami harus berenang sejauh kurang lebih 50 meter dari bibir pantai. Di tambah lagi dengan arusnya yang kuat. Tak mau ambil resiko akhirnya kami hanya berenang2 di tepian saja sambil mencoba alat snorkeling yang kami bawa.  Namun kami tidak sia2 pergi ke tempat ini. Karena dari sini kita bisa melihat sunset dengan sempurna. Sedikit rasa kecewa akhirnya terobati dengan keindahan kebesaran tuhan yang ada di hadapan kami. Matahari tampak perlahan menyembunyikan kemegahannya. Cahaya kuning kemerah2an tampak mulai menyelimuti langit. Sampai akhirnya sang surya benar2 hilang di telan lautan luas.dan itu tandanya kami harus kembali ke rumah.

Keesokan harinya kami kembali bersnorkling. Namun kali ini bukan di marimabuk. Tapi di belakang rumah pak asraf. Tempat ini memang bukan spot utama yang sering di datangi oleh wisatawan2. Namun menurut pak asraf tempat ini juga terdapat terumbu2 karang dan ikan yang cantik. Tak ingin menunggu lama, saya dan rezha langsung turun ke laut. Dan benar saja. Terumbu karang di tempat ini lumayan indah. Berbagai jenis biota laut dapat kami temukan di sini. Namun tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa jenis saja. Yaa,, anggap saja ini sebagai pemanasan sebelum ke tempat yang sesungguhnya.
Puas bersnorkling ria, kami kembali ke rumah. Keluarga pak asraf sudah menyiapka hidangan makan siang untuk kami. Menu kali ini adalah “kima”. Sejenis kerang tapi besar. Tidak seperti kerang biasanya. Sebenarnya hewan laut satu ini sudah di jadikan hewan yang dilindungi oleh pemerintah. Karena hewan ini sudah sangat sulit di temukan.tapi karena sudah menjadi hidangan yaa,, mau gimana lagi. Langsung di santap saja. Dan ini kali pertama saya mencoba masakan ini.
Sore harinya kami memutuskan untuk menyewa sepeda motor dari penduduk setempat. Tarifnya 30 ribu perhari. Setelah mengambil motor, kami berangkat menuju puncak kahiangan. Puncak kahiangan adalah puncak tertinggi di pulau tomia. Dari tempat ini kita dapat melihat sekeliling pulau. Bahkan pulau binongko pun dapat kita lihat dari tempat ini. Dan tempat ini juga sering di datangi oleh wisatawan bahkan oleh warga setempat. Tak henti2 nya saya berdecak kagum ketika sampai di puncak kahiangan. Hamparan padang savana membentang sejauh mata memandang. Angin yang berhembus kencang membuat tempat ini sangat asyik untuk menghabiskan waktu sambil menunggu sunset. Semua orang sibuk dengan kameranya masing2 untuk mengabadikan momen ini. Sementara saya masih termenung merasa tak percaya jika saya berada di wakatobi. Tempat yang sejak dulu saya damba2kan. Saya hanya mampu bersyukur dan berterima kasih kepada tuhan yang maha esa karena telah memberikan saya kesempatan untuk menginjakkan kaki saya di kepulauan negeri buton ini.

malam hari kami bergabung dengan tim 2 dari Makassar backpacker yang baru tiba di tomia. Jumlah mereka 2 orang. Noa & anwar. Akhirnya jumlah kami berubah menjadi 5 orang. Sebenarnya kami merasa agak tidak enak dengan keluarga pak asraf. Karena jumlah kami terlalu banyak.tetapi pak asraf justru malah senang karena rumahnya ramai.dan tanpa keberatan sedikitpun beliau membolehkan kami untuk menumpang kembali di rumahnya. Dalam hati saya hanya bisa berdo’a semoga ALLAH membalas kebaikan keluarga ini. Amiiin..!
keesokan harinya kami memutuskan untuk menyewa kapal kecil atau orang wakatobi biasa menyebutnya bodi/ojek laut untuk mengantarkan kami ke marimabuk. Setelah berbincang2 sebentar dengan salah seorang anggota JAGAWANA ( kelompok orang yang melindungi biota2 laut yang ada di wakatobi ) namanya bpk udin.beliau memperkenalkan kami dengan salah seorang warga yang bisa mengantar kami ke sana. Harga awal yang di tawarkan kepada kami adalah 500 ribu. Waaww.. harga yang fantastis. Setelah melakukan penawaran yang cukup  alot, akhirnya kami diberi harga 300 ribu. Di bagi 5 orang jadi 60 ribu perorang. lumayan,,. Mesin kapalpun di nyalakan. Berangkaatt…..!

begitu sampai di marimabuk saya hanya bisa tertawa. Ternyata tempat ini tidak terlalu jauh dari rumah pak asraf. Cukup berjalan kaki sekitar 200 meter saja. Astagaa… tahu dekat begini amit2 dah ngeluarin budget yang segitu besar. Hufhh…! Tanpa menunggu aba2 saya dan teman langsung menceburkan diri. Dan ternyata apa yang selama ini saya lihat di TV2 & majalah2 adalah benar. Keindahan karang2 dan biota2 laut sangat memanjakan mata saya.” Dahsyat meen..!” kata itu berkali2 saya ucapkan ketika berada di bawah. Sesekali saya berenang di kawanan ikan2 yang saya sendiri tidak tahu namanya. Semuanya masih virgin. Belum ada kerusakan secuilpun. Merasa puas di tempat ini, kami naik kembali ke perahu. Sang nahkoda membawa kami ke spot selanjutnya. Tempatnya juga tidak jauh dari marimabuk. Hanya berjarak sekitar 20 – 30 meter dari marimabuk. Namanya honduwe. Dan lagi2 tempat ini juga membuat saya tak henti2nya berdecak kagum. Tempat yang satu ini jauh lebih bagus dari pada marimabuk. Di sini biota lautnya lebih beragam dan terumbu karangnya rapat2. Sepanjang kurang lebih 50 meter kita dapat menyaksikan keindahan syurga bawah lautnya negeri ini. Mata ini di buat berbinar2. Bahkan ikan badut atau bahasa kerennya clown fish sangat mudah di temukan di tempat ini. Beberapa kali saya menemukan kawanan ikan ini. Sungguh momen yang sulit untuk saya temui. sayang momen ini tidak dapat saya abadikan. karena saya dan teman2 tidak membawa kamera underwater. teapi Saya tetap merasa beruntung menjadi salah seorang dari sekian banyak orang yang sudah menyaksikan syurga ini.

3 jam bersnorkling sebenarnya belum terasa puas. Namun karena matahari yang sangat panas dan membakar kulit, saya dan teman2 memutuskan untuk menyudahi pertualangan bawah laut kami kali ini.jangkarpun di angkat.kapal kembali ke dermaga.
Karena teman2 dari tim 2 belum sempat ke puncak kahiangan, sore ini terpaksa kami kembali lagi ke tempat itu. Namun sebelum ke sana kami menyempatkan diri untuk mampir sejenak ke tanjung paepe & pantai hu’untete. Kedua tempat ini termasuk tempat wisata andalan pulau ini. Yang pertama adalah  tanjung paepe. Tempat yang satu ini tak kalah eksotis dari tanjung yang ada di belahan bumi lainnya. Sebuah padang savanna membentang luas di pinggir tanjungnya. Di depan tanjung juga terhampar sebuah pulau yang bernama pulau tolandona atau biasa juga di sebut pulau onemoba’a. Di pulau inilah terdapat sebuah resort yang saya rasa sedikit agak kontroversial. Karena orang2 lokal dilarang memasuki tempat ini. Hanya mereka yang berstatus karyawannya saja yang bisa masuk. Dan kamipun termasuk orang2 yang tidak dapat memasuki tempat ini.jangankan masuk, mengambil gambar saja tidak boleh. Resort ini adalah resort yang di kelola oleh orang luar ( bule ). Ownernya berasal dari swiss. Hanya turis2 mancanegara saja yang dapat masuk ke tempat ini. Sungguh ironis. Sudah 66 tahun negeri ini merdeka tapi kita masih belum bebas untuk berkeliaran di tanah sendiri. Siapa yang harus di salahkan ??.. saya rasa anda semua tahu siapa yang harus bertanggung jawab dari hal ini.

Dari tanjung paepe pertualangan kami lanjutkan ke pantai hu’untete. Jalan menuju ke tempat ini sangat jauh dan sedikit ekstrim. Saya & reza malah sempat jatuh dari sepeda motor ketika menuju tempat ini. Untungnya saya tidak apa-apa. Pantai ini berada di ujung utara pulau tomia. Jalanan berbatu lebih dominan ketika menuju tempat ini. Dan begitu sampai, yang kami lihat hanya pantai berpasir putih yang penuh dengan sampah. Hufhh.. sedikit agak kecewa. Tapi kami tetap menyempatkan untuk bernarsis ria di tempat ini. Lumayan,, untuk menambah koleksi foto. Hehehee..

Tak ingin ketinggalan sunset di puncak kahiangan, akhirnya kami beranjak dari pantai hu’untete. Kali ini rute yang kami lalui tidak sama dengan rute yang kami lalui kemarin. Hanya menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kami tiba di puncak kahiangan. Karena sudah mendapatkan beberapa gambar di sini kemarin, saya agak mengurangi aksi narsis saya kali ini. Saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan menikmati tempat ini untuk kedua kalinya. Sesekali saya berjalan menyusuri padang savana yang membentang luas. Saya agak merasa heran dengan tempat ini. Di tempat ketinggian seperti ini saya menemukan banyak sekali batu karang yang menyerumbul keluar dari dalam tanah. Malah di tempat ini terlihat bukan seperti tanah berkarang, tapi karang bertanah. Mungkin dulunya tempat ini adalah sebuah bongkahan karang. Seiring berjalannya waktu pasir2 laut datang dan membentuk sebuah pulau. (hanya perkiraan saja ). Kalo kenyataannya sih wallahualam.

Keesokan harinya kami harus segera hengkang dari tomia. Sedih rasanya meninggalkan kenangan2 indah di tempat ini. Apalagi dengan penduduknya yang ramah. Terutama keluarga pak  asraf. Kebaikan beliau sekaluarga tidak akan pernah saya lupakan. Di balik kesederhanaan mereka terdapat kekayaan hati yang menaungi diri mereka. Ucapan terima kasih seakan tidak pernah dan tidak akan pernah cukup untuk membalas budi mereka. Tapi mereka ikhlas membantu kami. Semoga Allah membalas budi baik keluarga ini.amiin. dengan berat hati saya berjalan meninggalkan rumah yang telah mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan ini. Selamat tinggal semua.. semoga kita dipertemukan kembali di lain kesempatan.amin.

7 komentar:

  1. aku punya teman kerja yang berasal dari sultra, dan dia selalu ngepromoin daerahnya dengan slogan ; "ngga artis kalo ngga ke wakatobi!" slogan guyonannya sungguh sederhana tapi menyaratkan bahwa wakatobi sungguh sangat indah....kalo artis2 aja kesana masa ia backpacker belum....hehe, next time aku juga akan kesana. thanks sharing infonya.....

    BalasHapus
  2. heheheheheee... slogannya bener2 menusuk tuh.. hehehe.. siiipp... t4nya worthed banget mas.. btw mas iman asli tarakan ya ??

    BalasHapus
  3. Mantapp denn,,,Lanjutkan...hhahahhaa..

    smga bisa jlan bareng MB lagi..

    BalasHapus
  4. uli : siap lanjutkaang... hheheee.. amiinn.... mudah2an bisa join trip lagi ama kalian.. hehehe

    BalasHapus
  5. diri ku tak jadi ikut waktu itu, untung bs baca blog nya jd tau ceritanya.hee

    BalasHapus
  6. adit : hahahhaaa... iya... anggap aja kita bagi tugas kemaren tu dit ae.. ikam ke mahameru aku ke wakatobi.. adil lok... wkwkkwwkkwkwk...!

    BalasHapus
  7. dan akhirnya aku juga ke wakatobi.hahaha

    BalasHapus